Berthold Damshaeuser dan Agus R. Sarjono pada hari Selasa 1 Desember 2015 kembali mengunjungi Unesa dalam rangkaian kegiatan festival Jerman di Indonesia. Kali ini kedatangan mereka berdua untuk berdiskusi dan resitasi puisi Herman Hesse. Menurut Damshauser yg juga seorang Profesor pada Universitaet Bonn, pembahasan puisi karya Hesse ini tidak pernah ada habisnya, karena sampai sekarang dengan kesederhanaan bahasa, keberiramaan, dan rima membuatnya terjual hingga 250 juta eksemplar, sangat fantastis. Di kalangan sastrawan berlatatar belakang bahasa Jerman Herman Hesse merupakan sastrawan nomer 2 setelah Johann Wolfgang von Goethe. Herman hesse banyak dipengaruhi oleh Goethe dan Nietsche. Di samping itupengaruh Timur juga sangat besar dalam tulisannya baik prosa maupun puisinya. Aliran romantik begitu berpengaruh pada Hesse.
Dalam pembacaan puisi terjadi tema yg paling seru terutama dalam gaya dan penampilan (gaya org Indonesia dan Jerman). Pembacaan puisi oleh orang Indonesia biasanya cenderung bergaya teatrikal dan itu langsung dipraktekkan Agus Sarjono sang maestro dari IKJ dengan antusiasnya, "dia menganalogikan seperti penyanyi dangdut yg tetap berjoged walaupun lagunya sedih atau istilahnya pokoke joged, ini beda dengan resitasi puisi orang Jerman yg begitu menjiwai dan tidak dibuat-buat." tambahnya. Saat serius-seriusnya suasana resitasi tiba-tiba listrik padam, kegelapan dan keheningan sejenak menyelimuti ruangan. Sementara itu dalam keremangan kehangatan komunikasi jalannya diskusi terus berjalan.
Bagi pencinta sastra, puisi maupun prosa, memperkenalkan karya sastra utk semua bangsa dan negara merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Membaca, menikmati, dan mempelajari karya sastra sekaligus juga mengikutsertakan dan mungkin membandingkan budaya sendiri. Pandangan Hesse tentang budaya timur terutama Indonesia begitu menyadarkan kita betapa kayanya nusantara yg seolah olah tak pernah habis.
Resitasi puisi karya Hesse tidak lepas dari diskusi tentang kosakata yang digunakan dalam rancang bangun puisi. Kosakata dalam karya puisi Goethe sangat rumit sdgkan Hesse sederhana. Karya Hesse bisa disejajarkan dengan sang maestro pujangga besar Jerman Johann Wolfgang von Goethe. Goethe memang masih tetap nomor satu dalam dunia sastra Jerman, akan tetapi Hesse juga tdk kalah hebatnya baik dalam karya maupun jumlah penikmatnya.
Hesse yg konon juga penderita gangguan kejiwaan (pernah 2 kali mencoba bunuh diri) karyanya dianggap dapat membantu penyelesaian masalah kejiwaan shg banyak penggambaran tokoh dalam tulisannya merupakan pribadi yg mengalami masalah kejiwaan seperti pada tokoh-tokohnya dalam novel: Sidharta, Steppenwolf, dll. Kesibukan Hesse di masa tuanya digunakan untuk menjawab surat penggemarnya, berkebun, melukis, dan kegiatan santai lainnya. (Suwarno Imam Samsul)
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Jurusan Pendidikan Bahasa Asing
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman
Gedung T1 Lantai 2, Universitas Negeri Surabaya
Kampus UNESA Lidah Wetan Surabaya 60213
Telp/Fax : -
Website : http://jerman.fbs.unesa.id Email : info@jerman.fbs.unesa.id